Sosial Masyarakat Kota
1.
Pengertian Masyarakat Kota
Menurut R. Linton, masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial
dengan batas-batas tertentu.
Max Weber mengemukakan pendapat bahwa suatu tempat
disebut kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besaar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh
penduduk dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu dan bersifat
kosmopolitan.
Sementara Karl Marx dan F. Engels memandang kota
sebagai persekutuan yang dibentuk untuk melindungi hak milik dan guna
memperbanyak alat-alat produksi dan yang diperlukan agar masing-masing anggota
dapat mempertahankan diri.
Berdasarkan pengertian dasar dari masyarakat dan kota
dari para ahli, maka dapat dilihat jika masyarakat kota selalu identik dengan
sifat yang individual, materialistis, serba mewah, gedung-gedung tinggi, dan
aktivitas kerja yang begitu padat. Masyarakat kota disebut dengan urban community, dimana lebih diartikan
sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri
kehidupan yang tentu berbeda dengan masyarakat desa.
2.
Ciri-ciri Masyarakat Kota
Ahli Geografi Indonesia yakni Prof. Bintarto (1984)
membedakan dua ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota sehingga masyarakat yang
berada di dalamnya disebut masyarakat kota. Berikut ciri-cirinya:
a. Ciri-Ciri Fisik
i.
Sarana
perekonomian seperti pasar atau supermarket
ii.
Tempat parkir
kendaraan yang memadai
iii. Tempat rekreasi dan olahraga
iv. Alun-alun
v.
Gedung-gedung
pemerintahan
b. Ciri-ciri Sosial
i.
Masyarakat
heterogen
ii.
Bersifat
individualistis dan materialistis
iii.
Pekerjaan
non-agraris
iv.
Corak
kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar
v.
Terjadi
kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan miskin
vi.
Norma-norma
agama tidak begitu ketat
vii.
Pandangan hidup
lebih rasional
viii. Menetapkan strategi keruangan yaitu pemisahan kompleks
atau kelompok sosial masyarakat secara tegas
Selain ciri-ciri diatas, masih terdapat beberapa ciri
lagi yang terlihat jelas dari masyarakat kota, yakni sebagai berikut:
1. Orang-orang kota umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
2. Pembagian kerja antara masyarakat kota juga lebih
tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
3. Pekerjaan pada masyarakat kota lebih banyak
dibandingkan di desa.
4. Kehidupan keagamaan masyarakat kota tidak seaktif
dengan kehidupan keagamaan di desa.
5. Jalan pikiran rasional biasanya dianut oleh masyarakat
kota.
6. Waktu sangat penting bagi masyarakat kota yang
menjalankan kehidupan (aktivitas kerja atau sekolah) yang serba cepat.
7. Masyarakat kota juga sangat terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
8. Perubahan-perubahan sosial lebih nyata pada masyarakat
kota.
3.
Kehidupan Masyarakat Kota
Masyarakat kota jika dilihat secara sosial dalam
kehidupannya lebih heterogen, individual, persaingan yang tinggi, dan sering
terjadi pertentangan atau konflik. Pandangan-pandangan yang masih menyatakan
jika masyarakat kota lebih pintar, cekatan dalam menguasai teknologi dan
informasi, dan sebagainya juga masih belum dapat diterima secara menyeluruh
sebab masih terdapat masyarakat kota yang juga hidup dibawah standar kehidupan
sosial. Berikut beberapa uraian mengenai kehidupan masyarakat kota, yakni
sebagai berikut:
a. Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam.
Masyarakat kota cenderung mengabaikan kepercayaan yang
berkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan pada rasionalnya.
Masyarakat kota dari segi mata pencaharian juga tidak bergantung pada kekuatan
alam, melainkan tingkat kemampuannya dalam persaingan bisnis.
b. Pekerjaan.
Masyarakat kota cenderung memiliki pekerjaan yang
bergantung pada pola industri (kapitalis). Hal tersebut dapat dikatakan bentuk
pekerjaan yang primer seperti pengusaha, buruh industri, staff kantor, dan
sebagainya. Sementara, kelompok masyarakat kota yang sehari-harinya mencari
nafkah seperti pemulung ataupun pengamen termasuk kedalam kelompok masyarakat
kota dengan bentuk pekerjaan yang sekunder.
c. Komunitas.
Masyarakat kota berasal dari sosialkultural yang
beragam, dan masing-masing mempunyai tujuan bermacam-macam diantaranya ada yang
mencari pekerjaan dan ada yang lebih mengutamakan pendidikan. Itu sebabnya
heterogen lebih terasa nyata pada masyarakat perkotaan.
d. Kepadatan Penduduk.
Tingkat kepadatan di kota jauh lebih tinggi
dibandingkan kepadatan masyarakat di desa. Hal tersebut terjadi sebab
kebanyakan masyarakat yang tinggal di kota pada awalnya berasal dari berbagai
daerah.
e. Diferensiasi Sosial.
Diferensiasi sosial relative lebih tinggi, sebab
perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosialkultural yang dibawa oleh
para pendatang dari berbagai daerah cukup tinggi.
f. Pelapisan Sosial.
Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan
status dan peranan di dalam struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat modern
lebih menghargai prestasi yang setinggi-tingginya.
g. Mobilitas Sosial.
Mobilitas pada masyarakat kota lebih dinamis, sebab
perputaran uang lebih banyak terjadi diantara masyarakat kota.
h. Interaksi Sosial.
Interaksi masyaraka kota lebih dikenal dengan sebutan gesseslchaft atau kelompok patembayan.
Kelompok tersebut artinya ada hubungan timbal balik dalam bentuk
perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau juga
pamrih, sehingga tidak heran jika interaksi sosial pada masyarakar kota yang
terjadi hanya seperlunya saja.
i. Pengawasan Sosial.
Pengawasn sosial periaku pada masyarakat kota lebih
sulih dikontrol sebab masyarakat kurang mengenal satu sama lain dengan luasnya
wilayah cultural yang beragam diperkotaan.
j. Pola Kepemimpinan
Kepemimpinan berdasar pada pertanggung jawaban secara
rasional atas dasar moral dan hokum. Hubungan antar pemimpin dan masyarakat
kota juga berorientasi pada hubungan formalitas saja.
k. Standar Kehidupan.
Standar kehidupan masyarakat kota diukur dari
barang-barang yang dianggap punya nilai (harta benda). Biasanya masyarakat kota
lebih mengenal akan deposito atau tabungan. Pandangan masyarakat kota untuk
menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap lebih praktis dan mudah.
l. Kesetiakawanan Sosial.
Ikatan solidaritas sosial dan ketiakawanan pada
masyarakat kota lebih renggang, artinya hubungan untung rugi lebih dominan
terjadi.
m. Nilai dan sistem nilai
Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat
kota lebih formal, dengan aturan-aturan yang resmi seperti hukum dan
perundang-undangan.
4.
Keruangan Masyarakat Kota
Kota secara internal merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional di dalamnya, sedangkan secara eksternal kota dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kota merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri jika dilihat dari segi konteks ruang kota.
Kawasan perkotaan di Indonesia dibedakan berdasarkan tingkat administrasinya, antara lain kawasan perkotaan berstatus administratif daerah kota, kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari daerah kabupaten, kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi perkotaan, dan kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan.
Jika ditinjau dari segi fisik, kota merupakan kawasan dengan tingkat pembangunan yang tinggi, terletak saling berdekatan, terkonsentrasi, meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran. Berbeda jika di tinjau dari segi sosial, kota merupakan konsentrasi penduduk yang membentuk satu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja. Terakhir, kota jika ditinjau dari segi ekonomi memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan masyarakatnya dan untuk keberlangsungan kota itu sendiri.
Sumber:
Nama : Arif
Junisman Mendrofa
NPM : 314 13
323
Kelas : 2ID06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar