BERKENALAN
DENGAN KAIN ULOS
KEPUNYAAN
INDONESIA.
Kain Ulos adalah salah
satu hasil kebudayaan Indonesia yang wajib diapresiasikan. Kain Ulos merupakan hasil
tenun berbentuk selendang yang bersifat turun temurun dan dikembangkan oleh
masyarakat suku Batak di Indonesia. Sejak dulu, masyarakat suku Batak telah
mendiami provinsi Sumatera Utara - Indonesia, tepatnya di wilayah Kangkat Hulu,
Deli Hulu, Daratan Tinggi Karo, Serdang Hulu, Toba, Simalungun, Tapanuli
Tengah, dan Mandailing.
Kain Ulos Khas Suku Batak
Suku Batak
memang salah satu suku besar di Indonesia, ini terlihat dari terbaginya lagi jenis
suku Batak tersebut, diantaranya suku Batak Toba, suku Batak Karo, suku Batak Pakpak, suku Batak Simalungun, suku Batak Angkola, dan suku Batak Mandailing yang masing-masing memiliki beragam kebudayaan, seperti
Tarian Tor-Tor, juga Kain Ulos, dan masih banyak lagi. Namun, saya akan lebih
membahas mengenai Kain Ulos dalam artikel ini.
Kain Ulos
bukanlah sembarang kain atau selendang biasa, melainkan memiliki makna atau
simbol yang mendalam bagi masyarakat suku Batak dan lebih bersifat sakral. Kain
Ulos merupakan simbol dari restu, kasih sayang, kehangatan, dan persatuan. Hal
tersebut tergambar dari pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong,
Ulos pangihot ni holong”, yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada
batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antar sesama.
Ulos dari bahasa
asalnya dapat diartikan sebagai kain atau selimut yang menghangatkan dan
melindungi tubuh. Ulos juga termasuk salah satu dari tiga sumber yang memberi
panas dalam kepercayaan leluhur suku Batak. Tiga sumber panas tersebut, yaitu
matahari, api, dan ulos. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa, Kain Ulos
dibuat pada awalnya untuk menghangatkan tubuh nenek moyang atau leluhur suku
Batak yang memiliki kebiasaan tinggal dan berladang didataran tinggi atau
pegunungan yang memiliki temperatur dingin. Semakin lama, nenek moyang suku
Batak lebih mengedepankan Kain Ulos sebagai sumber penghangat dibanding dua sumber
penghangat lainnya yang mereka percayai saat itu. Hal tersebut didukung juga
dengan pemikiran bahwa Kain Ulos dapat menghangatkan kapan saja, seperti saat
malam hari dimana matahari sudah terbenam ataupun saat hujan disiang hari serta
sumber penghangat yang tidak berbahaya, tidak seperti penggunaan api saat malam
hari. Dari sinilah cikal bakal lahirnya Kain Ulos.
Kain Ulos bukanlah dibuat dengan
mesin melainkan dengan menenun. Itulah sebabnya mengapa Kain Ulos terkadang
disamakan dengan Songket dari Palembang yang juga memakai metode tenunan pada
pembuatannya. Namun, yang jelas Kain Ulos berbeda dengan Songket.
Kain ulos memiliki warna dominan seperti merah, hitam, dan putih yang dihias dengan ragam tenunan yang umumnya dari benang berwarna emas dan perak. Ulos yang asli dari tenunan masyarakat Batak tentunya memiliki kualitas yang tinggi, dengan struktur yang lebih lembut, tebal, dan dihiasi motif yang sangat artistik dan beragam.
Dalam
perkembangannya, Kain Ulos menjadi hasil kebudayaan yang penting dan di
butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Kondisi tersebut yang membuat
Kain Ulos semakin memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat Batak.
Oleh sebab itu, leluhur serta tokoh-tokoh adat dalam suku Batak membuat aturan
penggunaan Ulos yang termasuk dalam aturan adat, antara lain :
1. Ulos
hanya di berikan kepada kerabat yang struktur hubungan keanggotaan keluarga
masih di bawah pemberi Ulos. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang
tua mengulosi anaknya, tapi tidak sebaliknya).
2. Ulos
yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya
Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).
Sedangkan
menurut penggunaanya, Ulos yang dipakai antara lain:
A. Siabithonon
(dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan Ulos Ragidup, Sibolang,
Runjat, Jobit dan lainnya.
B. Sihadanghononhon
(diletakan di bahu) di gunakan Ulos Sirara, Sumbat, Bolean, Mangiring dan
lainnya.
C. Sitalitalihononhon
(pengikat kepala) di gunakan Ulos Tumtuman, Mangiring, Padang Rusa dan
lain-lain.
Penggunaan Ulos pada acara adat suku Batak
Penggunaan Ulos secara kreatif dizaman sekarang, seperti busana pada acara
Tour De Toba yang setiap tahun dilaksanakan masyarakat suku Batak
Namun, baik Kain Ulos maupun ragam motif tenunannya kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Kain Ulos hingga saat ini menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat suku Batak. Mangulosi merupakan unsur yang sangat penting dalam acara adat Batak, baik pernikahan, kelahiran, pertemuan adat maupun dukacita. Mangulosi dilakukan dengan memberikan dan memasangkan Kain Ulos pada pihak atau orang yang dituju. Mangulosi memiliki arti yang mendalam serta melambangkan pemberian restu, kasih sayang, harapan, kebaikan-kebaikan, dan penghiburan.
Ulos juga terkadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi sang ibu dari segala bahaya yang mengancam saat proses persalinan. Dalam perkembangannya di masa sekarang, Ulos dapat diberikan kepada mereka yang bukan keturunan serta bukan suku Batak atau “non Batak”. Pemberian dalam hal ini melambangkan penghormatan, penerimaan, dan kasih sayang kepada penerima Ulos. Misalnya, Presiden atau pejabat negara dan pemerintah.
Beberapa Jenis Ulos yang ada dalam adat suku Batak, yakni:
1. Ulos Ragidup
Ulos Ragidup
Ragidup berarti kehidupan, sehingga Ulos Ragidup adalah Ulos yang belambangkan kehidupan, dengan warna, serta motif/coraknya memberi kesan seolah-olah Ulos ini hidup atau bernyawa. Ulos Ragidup juga mengandung arti bagi siapapun pemiliknya yaitu sebuah harapan agar umur panjang, dan terus berjuang melewati hidup. Ulos Ragidup merupakan jenis Ulos yang kelas/derajatnya tertinggi dibanding Ulos jenis lain, terlihat dari pembuatannya yang sulit, dimana terdapat dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun dengan sangat rumit serta tersendiri. Ulos Ragidup juga digunakan pada acara pernikahan, dengan pemberian ulos oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin laki-laki. Letak pemakaian Ulos ini seperti memakai selendang umumnya.
2. Ulos Ragihotang
Ulos Ragihotang
Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian Ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya dinikahi oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian Ulos ini selalu di sertai dengan memberikan Mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat. Ulos Ragihotang termasuk Ulos berkelas tinggi tapi tidak sesulit Ulos Ragidup.
3. Ulos Sibolang Rasta Pamontari
Ulos
ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada saat sekarang,
Ulos Sibolang bisa di katakan sebagai simbol duka cita, yang di pakai sebagai
Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu), dan di pakai
juga sebagai Ulos Tujung untuk janda dan duda dengan kata lain kepada laki-laki
yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang di tinggal mati oleh
suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini di pergunakan maka hal itu
menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang
yang meninggal.
4.
Ulos Antakantak
Ulos
ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal,
selain itu Ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu
acara manortor (menari).
5.
Ulos Bolean
Ulos
ini biasanya dikenakan sebagai selendang pada acara-acara kedukaan atau pada
saat suasana duka cita.
6.
Ulos Pinuncaan
Ulos ini terdiri dari lima bagian yang ditenun
secara terpisah yang kemudian di satukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu
Ulos. Kegunaannya antara lain:
a. Dipakai
dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita maupun suka cita, biasanya
dipakai oleh raja-raja atau tokoh adat saat acara adat berlangsung.
b. Dipakai
oleh rakyat biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta
perkawinan atau upacara adat di pakai oleh suhut sihabolonon/ Hasuhuton (tuan
rumah).
c. Kemudian
pada waktu pesta besar dalam acara Marpaniaran (kelompok istri dari golongan hulahula
atau pihak keluarga dari istri),
Ulos ini juga dipakai dengan dililit sebagai kain oleh
keluarga hasuhuton (tuan
rumah).
d. Ulos
ini juga berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan. Ulos Passamot
di berikan oleh Orang tua pengantin perempuan (Hulahula) kepada ke dua orang
tua pengantin dari pihak laki-laki (Pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah
sah menjadi saudara dekat.
7.
Ulos Ragi Huting
Ulos ini sudah jarang dipakai saat ini. Dulu, anak
perempuan memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang
dililitkan di dada (hobahoba) yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah
seorang putri (gadis perawan) Batak Toba yang ber-adat.
8. Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar
Secara umum, Ulos ini berfungsi dan dipakai sebagai selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat-istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai Panoropi (yang meramaikan).
9.
Ulos Sitolu Tuho
Ulos ini difungsikan atau di pakai
sebagai ikat kepala atau selendang.
10.
Ulos Suri-suri Ganjang
Ulos ini di
pakai sebagai Hande-hande (selendang) pada waktu Margondang (menari dengan
alunanan musik Batak) dan juga di pergunakan oleh pihak Hulahula (orang
tua dari pihak istri) untuk Manggabei (memberikan berkat)
kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos
gabegabe (berkat).
11.
Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan.
Pada
zaman dahulu di pakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan
keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan di
selimutkan pada jasadnya. Biasanya dominan warna hitam.
12.
Ulos Tumtuman
Dipakai sebagai talitali (ikat kepala) yang bermotif dan
di pakai oleh anak sulung yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak
pertama dari hasuhutan (tuan rumah).
13.
Ulos Tutur-Tutur
Ulos ini dipakai
sebagai talitali (ikat kepala) dan
sebagai handehande (selendang)
yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).
14. Ulos Mangiring
Ulos Mangiring
Ulos ini dipakai sebagai selendang, talitali, juga Ulos ini di berikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai simbol besarnya keinginan agar si anak yang baru lahir kelak di iringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai parompa (alat gendong) untuk anak.
15. Ulos
Bintang Maratur
Ulos Bintang Maratur
Ulos
ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat
Batak Toba, beberapa diantaranya yakni:
a. Kepada
anak yang memasuki rumah baru.
Keberhasilan
membangun atau memiliki rumah baru adalah merupakan situasi yang sangat
menggembirakan dan kebanggaan bagi masyarakat Batak Toba, sekaligus bersyukur
untuk berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, Ulos ini diberikan
kepada orang yang sedang berada dalam suasana bergembira.
b. Secara
khusus di daerah Toba, Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan
yang diberikan oleh pihak hulahula kepada anaknya. Ulos ini juga di berikan
kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir
sebagai Parompa (gendongan)
yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran
anak yang selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu)
yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.
Sebagian besar ulos yang telah punah karena tidak diproduksi lagi, yaitu Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.
Demikian artikel “Berkenalan dengan Kain Ulos Kepunyaan Indonesia” yang telah saya susun. Kiranya dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.
Yuk, intip proses pembuatan Kain Ulos dibawah ini ^^
Nama : ARIF JUNISMAN MENDROFA
NPM : 31413323
Kelas : 1ID07
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar