Minggu, 06 Oktober 2013

Tugas 1 Ilmu Budaya Dasar #Softskill

SAMPAI KAPAN INDONESIA TERUS LARUT DALAM MASALAH KEBUDAYAAN ?


I.              APAKAH ARTI BUDAYA ATAU KEBUDAYAAN SEBERNARNYA ?

            Manusia merupakah makhluk sosial dan sudah sewajarnya berinteraksi dengan sesama terlebih lingkungan sekitarnya, saling membutuhkan dan tidak dapat hidup sendiri. Salah satu interaksi sosial antar sesama yang telah berakar dan tumbuh lama di Indonesia adalah budaya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Arti kebudayaan juga terlihat jelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu  1. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2. Antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dari beberapa paparan tersebut sudah tergambar jelas apa dan bagaimana kebudayaan tersebut.
Perbedaan makna antara budaya dan kebudayaan yakni: budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu.
Kebudayaan yang terdapat pada semua jenis masyarakat, baik masyarakat kota maupun pedesaan, baik masyarakat modern maupun masyarakat tradisional disebut unsur-unsur budaya universal. Unsur-unsur budaya atau kebudayaan universal menurut C. Kluckhohn meliputi tujuh unsur pokok yang dimiliki setiap kebudayaan, yaitu sebagai berikut.
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian



Beragam Kebudayaan di Indonesia




II.    APA HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN INDONESIA ?

              Indonesia adalah bangsa yang tidak akan pernah lepas dari kata budaya, bahkan banyak bangsa atau negara-negara lain yang mengagumi Indonesia dengan segala kebudayaan yang dipunyai bangsa yang besar ini. Bayangkan saja, Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi memiliki beragam-ragam ras dan suku didalamnya dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Seperti dalam paparan tujuh unsur pokok kebudayaan, terlihat bahwa kesenian adalah bagian dari kebudayaan. Di Indonesia sangat banyak karya atau kesenian yang tumbuh dan berkembang sebagai wujud dari kebudayaan itu sendiri. Sebagai contoh: Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Wayang Kulit, Tari Kecak dari Bali, Tari Ya’ahowu dari Nias, dan masih banyak lagi hasil perwujudan kebudayaan di Indonesia yang tidak dapat dihitung dengan jari. Itulah yang membuat orang luar negeri beramai-ramai datang ke Indonesia untuk melihat negara yang disebut surga budaya ini, bahkan tak heran jika ada negara-negara luar yang iri dengan beragam kebudayaan di Indonesia.



Indonesia Surga Budaya


III. ADAKAH MASALAH KEBUDAYAAN YANG TERJADI DI INDONESIA ?

            Seharusnya seluruh masyarakat Indonesia bangga dengan bangsa yang indah ini, namun bukan hanya sekedar bangga tetapi juga melestarikan kebudayaan yang menjadi salah satu identitas kekayaan bangsa ini. Akan tetapi yang terjadi saat ini memang jauh dari yang diharapkan, Indonesia terus-terusan mengalami berbagai masalah dalam kebudayaan. Mungkin, sekilas ini bisa dimaklumi karena banyaknya kebudayaan bangsa ini. Akan tetapi, apa yang terjadi bukan hanya dengan menanggapi ‘bisa dimaklumi’ tetapi telah bercabang dengan berbagai faktor internal dan eksternal yang membuat Indonesia terus larut dalam masalah kebudayaan sampai sekarang.
Jika ditanyakan apakah ada masalah kebudayaan yang terjadi di Indonesia ? jawabannya ya pasti ada masalah yang terjadi. Beberapa masalah kebudayaan yang terjadi di Indonesia, yakni:

1.         KURANGNYA RASA MEMILIKI MENIMBULKAN PLAGIARISM
Ini salah satu masalah utama bagi Indonesia, beberapa pertanyaan mengenai hal ini diantaranya:
a.    Apakah ada yang masih ingat dengan ulah tetangga Indonesia yang tidak ada habisnya ini, ya negeri Jiran atau Malaysia yang menimbulkan plagiarism ingin mematenkan lagu yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Maluku, Indonesia  yakni Lagu Rasa Sayange dari Maluku, Reog Ponorogo dari Jawa Timur yang selalu ditampilkan diacara-acara besar Indonesia yang masih kental dengan kebudayaan mistik dan ilmu kebatinan, Tari Tor-Tor dari Sumatera Utara yang sudah sangat terkenal dan menjadi salah satu ciri khas suku batak, Tari Pendet dari Bali yang masih mengandung unsur sakral dan religious, Wayang Kulit yang telah lama menjadi identitas bangsa Indonesia, Angklung, Bunga Raflesia Arnoldy, Keris, Rendang Padang bahkan Batik yang merupakan keindahan yang luar biasa dengan nilai seni tinggi dan hanya terdapat di Indonesia dan masih banyak lagi ?
b.    Bagaimana reaksi seluruh masyarakat Indonesia saat itu? Emosi, marah, geram bahkan mengecam Malaysia ?
c. Mengapa perasaan tersebut baru muncul setelah negara tetangga tersebut ingin mengklaim budaya yang selama ini menjadi milik Indonesia?

Ya, jawabnya karena kurangnya rasa memiliki dari masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia cenderung tidak mau peduli bahkan menyepelekan kebudayaan bangsa sendiri selama ini. Akibatnya, terjadilah plagiarism, klaim, dsb. yang membuat masyarakat Indonesia ’gigit jari’.
Apa jadinya jika bangsa Indonesia kehilangan seluruh kebudayaannya yang telah dilestarikan oleh tokoh-tokoh budaya di Indonesia sejak dulu ? Apakah Indonesia masih memiliki identitas kebudayaan setelahnya ? Itu mungkin menjadi pertanyaan yang bisa membuat masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya rasa memiliki terhadap kebudayaan bangsa sendiri.

2.         KURANGNYA PERHATIAN DAN PENGHARGAAN DARI PEMERINTAH.
Harus diakui bahwa pemerintah Indonesia kurang memperhatikan budaya Indonesia. Ini terlihat jelas dari tokoh-tokoh serta pemerhati dunia budaya saat ini yang masih kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah sehingga bisa dikatakan bahwa budaya masih menjadi prioritas kesekian dari jumlah daftar prioritas bagi pemerintah, fakta lainnya yakni minimnya anggaran yang disediakan pemerintah untuk program-program budaya Indonesia bahkan jarang sekali pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan pameran kebudayaan di beberapa daerah di Indonesia.

3.          KURANGNYA REGENERASI.
Sejak dulu, Indonesi tetap menjadi negara dengan jumlah penduduk serta pertumbuhan penduduk tertinggi ke empat didunia. Alangkah luar biasanya, jika generasi-generasi baru Indonesia tersebut melestarikan bahkan mengembangkan kebudayaan yang ada pada bangsa ini, sehingga dunia semakin kagum akan keindahan Indonesia. Namun, fakta yang terjadi terbalik dari keinginan tersebut, generasi-generasi baru justru tidak mau peduli apalagi melestarikan salah satu kekayaan bangsa ini bahkan kaum-kaum muda yang mengenal beberapa kebudayaan yang ada di Indonesia saja sangat jarang terdapat. Ini menjadi bukti bahwa kurangnya bahkan buruknya regenerasi kebudayaan di Indonesia. Hal tersebut, bisa saja disebabkan oleh berkembangnya perspektif atau pandangan pada kaum muda yang mengatakan bahwa mempelajari budaya di zaman modern ini sudah ‘kuno’ atau ‘ketinggalan zaman’ atau juga disebabkan oleh kurangnya didikan dari orangtua, keluarga, dan sekitar mengenai kebudayaan bangsa Indonesia. Jika hal tersebut terus berlangsung, maka tidak ada kata tidak mungkin bahwa salah satu identitas Indonesia ini akan hilang dan tidak terlihat lagi dalam beberapa tahun ke depan.

4.         DAMPAK GLOBALISASI – MASYARAKAT MUDAH MENYERAP PENGARUH LUAR.
Dampak globalisasi memang sudah meranah di seluruh penujuru dunia dan dampak globalisasi tidak bisa dihindarkan negara apapun didunia ini. Dampak globalisasi, ada yang positif dan ada pula yang negatif bahkan sewaktu-waktu dapat menghancurkan negara yang tidak siap menghadapinya. Dampak globalisasi ada perlunya dalam zaman yang serba akan teknologi dan bisnis ini, namun siapapun tidak bisa memungkiri bahwa budaya juga perlu dijunjung tinggi sebagai cermin agar mengarahkan teknologi maupun dampak globalisasi kearah yang lebih positif dan tidak menjadi dampak yang menghancurkan sesama manusia. Namun, tidak bisa dipungkiri juga jika Indonesia adalah negara yang rentan terpengaruh budaya luar. Sebagai contoh: generasi muda sekarang lebih menyukai film box office bila dibanding dengan menonton wayang semalam suntuk, dalam acara-acara penting yang diadakan di Indonesia sekalipun masih ada penyanyi atau bintang tamu yang lebih memilih menyanyikan lagu-lagu pop atau lagu-lagu luar/asing dibanding menyanyikan lagu-lagu nasional atau lagu-lagu daerah Indonesia, atau bahkan fakta bahwa remaja-remaja sekarang lebih senang dan bangga mengenakan baju model Korea bila dibanding mengenakan batik ataupun kebaya, tak heran banyak remaja Indonesia yang seharusnya menjadi generasi yang dapat melestarikan budaya Indonesia justru lebih ingin membeli dan memiliki produk dari luar negeri dibandingkan produk lokal/dalam negeri. Hal tersebut terjadi akibat masih berkembangnya  anggapan bahwa mengikuti trendnya luar negeri membuat orang terlihat keren sehingga budaya-budaya dari luar negeri lebih mudah diserap oleh masyarakat Indonesia dibanding budaya lokal, sehingga budaya lokal sulit berkembang di zaman sekarang ini.

5.         PENDIDIKAN FORMAL YANG KURANG MENEKANKAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN.
            Pendidikan formal di tiap jenjang, baik TK, SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi sebenarnya bisa menjadi sarana penting untuk memperkenalkan, melestarikan dan membentuk kesadaran generasi muda Indonesia terhadap kebudayaan bangsa sendiri. Namun, mau dikatakan apa lagi justru pendidikan-pendidikan saat ini lebih menekankan siswa ataupun mahasiswa untuk menguasai teknologi, menguasai teori-teori sains, dsb. dan sangat jarang untuk mengusahakan siswa ataupun mahasiswa berprestasi dalam bidang kebudayaan dan seni. Bahkan, tidak heran jika ada yang mensisihkan atau meniadakan pendidikan atau ilmu budaya dalam akademiknya. Jika terus-terusan seperti ini, mau dibawa kemana lagi budaya bangsa ini ? kemana lagi diajarkan mengenai kebudayaan Indonesia kepada generasi muda saat ini ?



IV.             APAKAH YANG BISA DILAKUKAN UNTUK MENYELAMATKAN KEBUDAYAAN INDONESIA ?

Paparan sebelumnya telah menguraikan beberapa masalah kebudayaan yang terjadi di Indonesia selama ini, dan sudah saatnya masyarakat Indonesia tidak hanya membaca dan menyimak setiap artikel atau bacaan mengenai permasalahan budaya di Indonesia, atau bahkan bukan hanya menangis dan marah dengan masalah-masalah kebudayaan yang terjadi saat ini, bukan hanya dengan kalimat tanya: “Sampai kapan Indonesia terus larut dalam masalah kebudayaan?” akan tetapi juga mewujudkanya dengan aksi dan perbuatan yang bermanfaat dan dapat mendukung pelestarian beragam-ragam budaya di Indonesia di zaman sekarang ini.

Sebagai mahasiswa, saya dan kita semua mempunyai peran masing-masing untuk melestarikan kebudayaan bangsa ini. Bukan hanya dengan titel sebagai intelektual muda, penerus kelangsungan kehidupan bangsa dan negara, calon pemimpin bangsa, dsb. tetapi alangkah baiknya dengan pengetahuan yang kita miliki, kreatifitas, dan keaktifan sebagai mahasiswa dapat digunakan untuk membuat kebudayaan bangsa kita ini semakin maju dan terus bertumbuh serta tidak lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar. Sebagai mahasiwa juga perlu dibentuknya kesadaran kultural dengan mengoptimalkan peran kita dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Bisa dengan cara menjadikan seni dan budaya daerah sebagai substansi mata kuliah; ataupun dapat melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian atau kebudayaan di kampus dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.

“Bukan dengan melihat serta memikirkan hal besar terlebih dahulu maka langsung perubahan terjadi. Melainkan, awali dengan hal kecil terlebih dahulu, maka kita bisa melangkah menuju hal besar dan membuat perubahan serta dampaknya menjadi nyata. Sebab, dari aksi yang kecil kita menemukan banyak pengalaman untuk lebih maju dan memikirkan bagaimana kedepannya, sehingga tidak ada kendala saat melakukan aksi yang besar demi perubahan yang lebih baik.”

Begitulah cara kita sebagai mahasiswa yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang berbudaya ataupun masyarakat Indonesia secara umum, untuk melestarikan serta menumbuh-kembangkan berbagai kebudayaan daerah yang kita miliki di Indonesia.



                                               

Nama: ARIF JUNISMAN MENDROFA
NPM : 31413323
Kelas : 1ID07



                                                                                                               

Referensi :
1.       Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. Ketiga).
Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar