MINUMAN TEH SERBUK DI PT NESTLÈ
INDONESIA
1.
Proses
Produksi
Minuman teh serbuk
instan diproduksi dalam tiga tahapan yaitu pembuatan premix, proses pencampuran kering dan proses pengemasan. Pembuatan
premix dan proses pencampuran bahan baku dicampur dengan menggunakan mixer pada waktu dan kecepatan tertentu
hingga produk tercampur rata. Terdapat dua mekanisme proses pencampuran yang
terjadi, yaitu convective mixing dan shear mixing. Convective mixing terjadi karena adanya agitasi ribbon sedangkan shear mixing diinduksi oleh perubahan momentum antara
partikel-partikel serbuk yang memiliki perbedaan kecepatan. Perbedaan kecepatan
terjadi di sekitar perputaran impeler dan dinding alat mixer
Tahap produksi yang pertama yaitu pembuatan premix dengan menggunakan ribbon mixer berkapasitas 100L. Tujuan
pembuatan premix adalah untuk
memperoleh homogenitas dari bahan baku minor. Tahapan proses pembuatan premix yaitu seluruh bahan baku minor
seperti asam sitrat, serbuk ekstrak teh, gum arab, serbuk flavor lemon, dan vitamin C serta sebagian kecil gula pasir
ditimbang dan dimasukkan ke dalam mixer.
Premix tersebut dicampur dengan
kecepatan 60 rpm selama 7 menit. Premix
dibuat sekaligus untuk empat batch.
Pembuatan premix secara sekaligus
tersebut akan memengaruhi homogenitas produk akhir karena jika dari premix sudah tidak homogen maka sulit
untuk memperoleh produk akhir yang homogen.
Tahap produksi yang kedua yaitu proses pencampuran antara gula pasir
dengan premix untuk mendapatkan
produk minuman teh serbuk instan. Proses tersebut dimulai dengan transfer gula
pasir dari silo menuju weighing hopper
melalui buffer hopper. Jumlah gula
yang ditimbang dalam weighing hopper
sesuai dengan formulasi yang digunakan. Gula dari weighing hopper kemudian ditransfer ke ribbon mixer. Premix lalu
dimasukkan ke dalam mixer lalu mixer dijalankan dengan kecepatan 44.8
rpm selama 10 menit.
Proses pengeluaran
produk dari mixer dilakukan melalui lubang di bagian bawah mixer kemudian
ditampung sementara di dalam wadah. Metode penurunan serbuk ini dapat
menyebabkan terjadi segregasi partikel dan akan merusak profil homogenitas
produk setelah dari mixer. Hal ini disebabkan partikel serbuk yang berukuran
lebih kecil akan cenderung berada di tengah tumpukan sedangkan partikel dengan
ukuran yang lebih besar akan berada di pinggir tumpukan.
Setelah itu, produk
dimasukkan ke dalam mesin pengemas untuk selanjutnya dikemas dalam kemasan aluminium foil 1 kg. Bahan pengemas
terlebih dahulu melewati alat printing
code untuk mencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Setelah produk
dikemas, produk lalu melewati conveyor ke
area pengemasan sekunder dengan karton boks.
Saat produk berada di
mesin filling, produk akan diisikan
ke dalam kemasan berdasarkan prinsip volumetrik. Prinsip pengisian secara
volumetrik mensyaratkan produk harus memiliki densitas dalam kisaran 930-997 g/L
supaya tercapai berat bersih minimal 1000 g per kemasan. Pada tahap ini juga
teridentifikasi masalah yang berhubungan dengan homogenitas dimana terjadi
aliran funnel low atau core flow. Core flow ini menyebabkan
produk dengan ukuran partikel lebih kecil (termasuk vitamin C) berada di bagian
tengah hopper dan akan turun lebih
dahulu sehingga kemasan produk pada awal proses akan memiliki kandungan vitamin
C yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan pada akhir proses.
2.
Produk
yang dihasilkan
Minuman teh serbuk
instan adalah salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Nestlé Indonesia
Pabrik Cikupa. Produk ini diproduksi melalui teknik pencampuran kering, yaitu
proses pencampuran dua material padat atau lebih untuk menghasilkan suatu
campuran padat yang homogen. Sebelum dikonsumsi, produk minuman teh serbuk ini
memerlukan rekonstitusi terlebih dahulu dengan air dingin.
Produk ini termasuk
kategori Nestlé Professional dimana penjualan hanya dilakukan secara retail ke
restoran atau food court. Target konsumen dari minuman ini adalah pelajar,
mahasiswa, dan keluarga. Produk ini dik Minuman ini memiliki
klaim larut dalam air dingin dan ’Kaya Akan Vitamin C’ dengan kandungan vitamin
C mencapai 65% AKG untuk setiap takaran saji (25 gram). Berdasarkan klaim
tersebut, setiap kemasan minuman harus mengandung vitamin C minimal 240 mg/100
g. Kandungan vitamin C tersebut menjadi salah satu release parameter produk
sebelum didistribusikan ke konsumen. Namun, kandungan vitamin C untuk release
parameter produk adalah 257 mg/100g dimana selisih 10% merupakan faktor
kehilangan vitamin C selama masa simpan (1 tahun). Release parameter lain yaitu kadar air (maksimal 0.3%), pH (3.00-
3.40), keasaman (1.62-2.24%), dan uji mikrobiologi yang meliputi uji koliform (
emas dalam kemasan aluminium foil dengan berat bersih 1000 gram.
3.
Limbah
yang dihasilkan
Di dalam setiap proses
produksi teh serbuk menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah
cair dan emisi. Limbah teh serbuk secara garis besar dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
a. Limbah
Gas
Limbah
gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran atau pengeringanyang
menghasilkan gas–gas tertentu. Limbah
gas juga dapat berupa asap, asap dihasilkan dari heat exchanger baik untuk
pelayuan maupun pengeringan langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong
asap. Dalam industri pengolahan teh serbuk limbah gas dihasilkan dari proses
pemanasan saat penyeduhan teh serbuk untuk produksi teh dalam kemasan siap
minum. Limbah gas pada industri olahan minuman teh serbuk berupa gas
yangdihasilkan saat pemanasan saat proses sterilisasi botol dan perebusan teh serbuk
untuk minuman teh serbuk dalam kemasan.
b. Limbah
Padat
Limbah
padat dari industri teh serbuk berasal dari ampas teh serbuk yang merupakan
sisa dari tiaptahapan proses produksi. Fluff merupakan hasil sortasi dari
pembuatan teh hitam yang terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya
cukup besar, sekitar 1-3% dari produksi teh yang dihasilkan. Limbah padat yang
dihasilkan oleh pabrik teh serbuk jumlahnya besar sekitar 400 kg/hari sehingga
dalam sebulan diperoleh 12 ton.
c. Limbah
Cair
Limbah
cair industri teh serbuk berasal dari penggunaan air dalam sistem prosesnya.
Limbah cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama
proses pencucian yang biasanya menggunakan soda api. Sedangkan pada industri
minuman teh botol, Limbah cair industri minuman teh adalah air bekas dari
pencucian botol-botol maupun lantai dan juga ceceran dari minuman yang tumpah
pada saat proses pengolahan the serbuk.
4.
Solusi
untuk Pengolahan Limbah Teh Serbuk
a. Limbah
Gas
Asap
dari heat
exchanger baik untuk pelayuan maupun
pengeringan langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong
pengeluaran asap hasil pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi bangunan pabrik tempat proses pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar
asap/gas hasil pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak
mengganggu jalannya proses pengolahan. Penanaman pohon disekitar pabrik juga
akan mengurangilimbah gas yang ada di udara.
b. Limbah
Padat
1) Sebagai
Pupuk Organik
Limbah
padat industri teh serbuk ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluanantara lain menjadi pupuk organik. Ampas teh yang akan dijadikan pupuk
tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari
sisa penyeduhan diletakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan,
kemudian dan didinginkan selama satu
hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraiandan dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu
sekali. Kompos siap digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama
kurang lebih satu bulan. Kompos fluff seperti pupuk organik pada umumnya
mengandung unsur hara baik makro maupun mikro. Kandungan hara yang terdapat
dalam limbah padat adalah C-organik 5,23%, N-total 0,11%, P-tersedia 125 ppm,
bahan organik 8,99% dan K-dd 13,85 ppm dan Mg 1,19 ppm.
2) Sebagai
Bahan Alternatif Adsorben
Ampas
teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada limbah cair
industri tekstil. Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapan suatu zat pada permukaan
zat lain yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan
gaya tarik pada permukaan zat tersebut. Adsorben adalah zat
yang menjerap dan zat yang terjerap disebut adsorbat. Beberapa kegunaan adsorben diantaranya adalah untuk
memurnikan udara dan gas, memurnikan
pelarut, penghilangan bau dalam pemurnian minyak nabati dan gula, penghilangan warna produk-produk alam, serta
untuk penjerap zat warna dalam pengolahan limbah industri tekstil. Selain itu
limbah cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat
berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat
digunakan sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti
karbon aktif yang cenderung memakan biaya lebih besar.
3) Pakan
Ternak
Peternak
dapat memanfaatkan limbah teh serbuk sebagai campuran pakan ternak dalam rangka untuk mengurangi produksi gas metan, khususnya
pada ternak golongan ruminansia. Gas metana dihasilkan dari rumen sebesar 80–95
% dan 5–20 % dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke
atmosfir. Kandungan protein ampas teh
yang cukup tinggi membuat ampas teh dapat digunakan sebagai campuran untuk
pakan ternak. Limbah teh serbuk tersebut dapat digunakan sebagai campuran dari pakan
sapi yakni rumput raja dan dedak halus. Disamping dapat meningkatkan produktivitas ternak, pakan sapi tersebut juga mampu menciptakan
peternakan ramah lingkungan.
Hasil
penelitian menyebutkan bahwa limbah teh serbuk dapat menurunkanproduksi gas
metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah tehtersebut
digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam ampas
teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa diikuti
penurunan produksi gas metan namun tidak
berpengaruh pada kadar proteinmikrobia,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.
4) Sebagai
Bahan dalam Pembuatan Papan Partikel
Papan
partikel merupakan salah satu jenis produk komposit yang terbuat
daripartikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat
dengan perekatresin sintetis dan dipres pada keadaan panas menjadi
lembaran-lembaran keras dengan ketebalan tertentu. Kandungan senyawa
lignoselulosa dalam bahan baku papan partikel sangat berpengaruh terhadap mutu
papan partikel yang dihasilkan, terutama terhadap sifat mekanik keteguhan
lentur dan keteguhan patah papan. Umumnya kayu yang digunakan untuk papan
partikel harus memiliki kandungan lignoselulosa sebanyak ±71%.
Beberapa
hasil penelitian mendapatkan bahwa produk papan partikel berbahan baku ampas
daun teh mempunyai mutu yang tidak kalah dengan papan partikel berbahan baku
kayu. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas daun teh dapat berkombinasi
dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu lain saat ampas teh dimanfaatkan
sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel. Papan partikel berbahan baku ampas
daun teh ini mempunyai sifat fisik dan mekanik yang memenuhi persyaratan standar
papan partikel SNI yaitu kerapatan, kadar air, MOE (modulus of elasticity), pengembangan tebal dan internal bond.
c. Limbah
Cair
Limbah
cair yang dihasilkan berupa soda api sisa pembersihan alat-alat yang digunakan
selama pengolahan seperti baki. Soda api sisa pembersihan tersebut tidaklah dialirkan
ke dalam sungai, tetapi dialirkan ke dalam bak berbentuk kotak ditanam didalam
tanah dengan dasar tidak disemen, sehingga soda api tersebut terserap ke dalam tanah.
Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pencemaran terhadap sungai.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar