Kebudayaan
Tato pada Suku Mentawai
Kepulauan
Mentawai terletak disebelah barat Sumatra Barat. Kepulauan tersebut terdiri
dari tiga pulau besar yakni; Siberut, Sipora, Pagai dan sekitar 40 pulau kecil.
Suku Mentawai mempunyai ciri-ciri fisik berkulit kuning, mata cenderung
menyipit, rambut lurus dan tubuh pendek.
Terlepas dari keindahan alamnya,
satu yang tidak boleh turis lewatkan saat ke Mentawai adalah tato khas Suku
Mentawai. Ternyata, itu bukanlah tato sembarangan. Konon, tato tradisonal suku
Mentawai bisa memberikan kekuatan dan ini merupakan salah satu identitas yang
unik pada suku Mentawai.
Suku
Mentawai memang memiliki ragam kebudayaan, namun yang paling terkenal dalam
kebudayaannya adalah seni mentato tubuh yang biasanya dijadikan upacara
inisiasi (peralihan masa kanak-kanak ke masa remaja) bagi laki-laki dan
perempuan suku Mentawai.
Dalam
bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang
berarti goresan, gambar atau lambing yang membentuk suatu disain pada kulit
tubuh. Di Indonesia banyak suku-suku yang mentato bagian tubuhnya sebagai
lambang jati diri dari sukunya. Seperti kebudayaan mentato dari suku Mentawai
yang dulunya berasal dari budaya Dongson di Vietnam. Dari Dongson mereka
berlayar ke samudra pasifik dan selandia baru. Akibatnya, kebudayaan tato
tersebut masuk ke Indonesia dan berkembang di suku Mentawai hingga saat ini.
1. Fungsi Kebudayaan Tato Bagi Masyarakat
Mentawai.
Tato
Mentawai luar biasa dan unik, memenuhi seluruh tubuh dari kepala sampai kaki,
dan sarat dengan simbol dan makna. Bagi orang Mentawai, tato merupakan roh
kehidupan. Menurut Ady Rosa, yang pada 1992 menelusuri pusat kebudayaan
Mentawai di Pulau Siberut, ada sedikitnya empat kedudukan atau fungsi tato pada
suku Mentawai, yaitu:
a. Fungsi
Sosial
Tato
memiliki fungsi untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau
profesi. Misalnya, tato dukun atau sikerei berbeda dengan tato ahli berburu.
Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa,
kera, burung, atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu
dibadannya.
b. Fungsi Kosmologis
Bagi
masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan
alam. Bagi suku Mentawai, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus
diabadikan di atas tubuh. Mereka menganggap semua benda itu memiliki jiwa.
c. Fungsi Estetis
Fungsi
tato yang lain adalah keindahan atau memiliki fungsi estetis. Selain mentato
tubuh mereka dengan simbol-simbol tertentu, masyarakat Mentawai juga boleh
mentato tubuh sesuai dengan kreativitasnya. Suku Mentawai pun boleh menorehkan
tato pada orang di luar suku Mentawai, sebagai bentuk seni.
d. Fungsi Religius
Kedudukan
atau fungsi tato yang menjadi dasar adalah fungsi religius,yang berhubungan
dengan kepercayaan suku Mentawai, yaitu Arat Sabulungan. Istilah Arat
Sabulungan berasal dari kata sa atau sekumpulan, dan bulung atau daun. Arat
Sabulungan diartikan sebagai sekumpulan daun yang dirangkai dalam lingkaran
yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang diyakini memiliki tenaga gaib
kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan terhadap
Tai Kabagat Koat atau Dewa Laut, Tai Ka-leleu atau rohhutan dan gunung, dan Tai
Ka Manua atau roh awang-awang.
2. Proses Pembuatan Tato pada suku
Mentawai.
Sebelum
ditemukan logam dan jarum besi, pembuatan tato di mentawai mempunyai kemiripan
dengan penatoan di daerah Polynesia. Alat pahat terbuat dari tulang binatang,
cangkang, kerang mutiara, ataupun gigi hiu. Peralatan tato terdiri dari satu
buah jarum, kayu kecil yang halus untuk pemukul, dan batok kelapa. Sebelum
ditato, tubuh akan disketsa sesuai dengan ganbar yang diinginkan. Kemudian,
sketsa tersebut akan ditusuk dengan jarum yang berasal dari duri yang diberi
tangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk
memasukkan zat warna kedalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah
campuran daun pisang, arang tempurung kelapa dicampur dengan air tebu.
Langkah
pertama adalah membuat garis gambar dikulit dengan jelaga dari asap lampu. Cara
memperoleh jelaga adalah dengan menyulut lampu, kemudian di atas api lampu
tersebut dtutupi dengan bato kelapa sehingga batok kelapa bagian dalam berwarna
hitam. Jelaga tersebut kemudian dilumuri dengan jelaga kemudian diletakkan
kekulit agar tertera. Langkah kedua adalah membuat formula dengan cara
mencampur jelaga yang ada di batok kelapa dengan air tebu, kemudian ditempelkan
dijarum. Jarum yang sudah dilekatkan formula kemudian ditancapkan sedikit demi
sedikit ke kulit. Kemudian, jarum dipukul-pukul dengan alat yang berbentuk kayu
kecil. Jarum dengan peganganya digenggam dengan tangan kanan, sedangkan pemukul
dengan tangan kiri. Arah jarum mengikuti garis gambar yang telah tertera pada
kulit. Pemukulan dilakukan secara perlahan agar jarum dapat masuk ke dalam
kulit hingga berdarah. Permukaan kulit sering menjadi berdarah dan berwarna
kebiruan. Memang sangat menyakitkan, namun karena diadakan dalam suatu upaya
ritual dan penuh magis (dalam punen patiti), pembuatan tato tersebut tidaklah
terlalu menyakitkan bagi anak-anak yang ditato. Namun demikian, biasanya
selesai pembuatan tato, orang yang ditato akan mengalami demam selama beberapa
hari.
Dewasa
ini kebiasaan pembuatan tato pada orang Mentawai mulai berangsur-angsur hilang,
terutama pada anak-anak muda mentawai. Untuk menunjukkan jati diri sebagai anak
mentawai, mereka hanya menato sebagian kecil tubuh. Diperkampungan Mentawai
yang lebih maju, seperti pulau Sipagai dan Sipora, dua pulau besar dikepulauan
mentawai, tidak lagi menemukan tradisi
ini. Di kawasan pendukung zona perkampungan tradisional itu sendiri, seperti
desa Muntei dan Meileppet, tradisi ini juga sudah jarang. Kalaupun ada, yang
menggunakan terbatas pada kaum tua atau kerei. Kaum muda lebih memilih
menggunakan celana jins. Kabitpun lebih beralih fungsi menjadi lebih mirip
menjadi jubbah dokter atau toga hakim yang hanya dipakai saat bertugas. Mungkin
tradisi ini akan hilang jika tak segera ditangani dengan konsep pelestarian
adat dan budaya yang jelas.
3. Ritual Adat Tato di Mentawai.
Arat
sebulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan,
pindah rumah dan pentatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig pada usia
11-12 tahun, orang tua memanggil sikerei dan rimata atau kepala suku kemudian
akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu akan
dipilih seorang sipaiti atau seniman tato. Sipaiti sebuah jabatan berdasarkan
pengangkatan masyarakat, seperti dukun, melinkan profesi, dan hanya boleh
dijalankan oleh laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.
Sebelum
penatoan akan dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi yang dipimpin oleh
sikerei, diputurukat atau galeri milik sipaiti. Setelah itu tubuh anak yang
akan ditato itu mulai digambar dengan lidi. Sketsa diatas tubuh itu kemudian
ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan
dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat warna kedalam lapisan kulit. Pentatoan
awal atau paypay sakoyuan itu dilakukan dibagian pangkal lengan. Ketika seorang
anak menginjak dewasa, tatonya akan dilanjutkan dengan pola durukat didada,
titik takep ditangan, titi rere pada paha dan kaki titi puso diatas perut
kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung. Pada akirnya seluruh tubuh
orang mentawai akan dipenuhi oleh tato.
-----------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
yang dapat diambil dari bahasan diatas yakni bahwa Indonesia mempunyai beragam
seni dan kebudayaan. Salah satunya adalah kebudayaan mentato di suku Mentawai,
suku Dayak dan masyarakat Bali. Dalam pemikiran masyarakat tersebut, tato tidak
hanya sebagai seni menggambar pada media kulit tetapi lebih dari itu. Tato
merupakan lambang jati diri dari sukunya masing-masing. Tetapi dewasa ini
kebiasaan pembuatan tato pada orang Mentawai mulai berangsur-angsur hilang,
terutama pada anak-anak muda Mentawai. Untuk menunjukkan jati diri sebagai anak
Mentawai, mereka hanya menato sebagian kecil tubuh. Sehingga diperkampungan
Mentawai yang lebih maju sulit menemukan tradisi ini. Peralihan Ini disebabkan
karena modernisasi yang mulai berkembang di kepulauan Mentawai. Mungkin tradisi
ini akan hilang jika tidak segera ditangani dengan konsep pelestarian adat dan
budaya yang jelas.
Berikut video mengenai pembuatan tato di suku Mentawai (English sub-tittle).
Nama
: Arif Junisman Mendrofa
NPM : 314
13 323
Kelas
: 1ID07
Referensi:
2. http://www.scribd.com/doc/114332193/Tato-pada-Masyarakat-Tradisional-Suku-Mentawai-Dayak-dan-Sumba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar