Sabtu, 30 November 2013

Tugas 2 Tata Tulis dan Komunikasi Ilmiah

Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.

I. Karangan Ilmiah.

        Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
        Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Tujuan karya ilmiah yaitu agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, didukung ataupun ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah yaitu mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Syarat menulis karya ilmiah :

1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.


Jenis-jenis karya ilmiah
karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:

1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.

3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).


Manfaat Penyusunan karya ilmiah

Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :

1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.

2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.


II. Karangan Semi Ilmiah.

            Karangan semi ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Karangan semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Lebih tepatnya contoh karangan semi ilmiah adalah editorial, artikel, opini, esai, tips, dan resensi buku.
Karakteristiknya :  berada diantara ilmiah.
Kebakuan bahasa dapat ditemukan pada semua tataran bahasa, yaitu pada tataran morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf dan pada wacana. Unsur-unsur kebakuan bahasa dapat meliputi ketepatan penggunaan tanda baca, ejaan, kata, (bentuk dasar dan bentuk jadian) dan struktur klausa atau kalimat (penggunaan konjungsi, susunan unsur-unsur bahasa yang fungsional).

III. Karangan Non Ilmiah.

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subjektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir,
h. bersifat persuasif.
i. tanpa dukungan bukti.

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah:
- Dongeng
- Cerpen
- Novel
- Drama
- Roman.


Karangan yang baik akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, antara lain :
1.  Karangan Ilmiah yaitu :
a.  Sistematis
b.  Objektif
c.  Cermat, tepat, dan benar
d.  Tidak persuasif
e.  Tidak argumentatif
f.  Tidak emotif
g.  Tidak mengejar keuntungan sendiri
h.  Tidak melebih-lebihkan sesuatu.
2.  Karangan Semi Ilmiah/Populer :
a.  Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
b.  Fakta yang disimpulkan subyektif
c.  Gaya bahasa formal dan popular
d.  Mementingkan diri penulis
e.  Melebihkan-lebihkan sesuatu
f.  Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
g.  Bersifat persuasif.
3.  Karangan Non Ilmiah :
a.  Ditulis berdasarkan fakta pribadi
b.  Fakta yang disimpulkan subyektif
c.  Gaya bahasa konotatif dan populer
d.  Tidak memuat hipotesis
e.  Penyajian dibarengi dengan sejarah
f.  Bersifat imajinatif
g.  Situasi didramatisir, dan
h.  Bersifat persuasif.


 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------
Contoh Karangan Semi Ilmiah dalam bentuk esai.

Wujud Nasionalisme dalam 
Melindungi Kebudayaan Tradisional

Nasionalisme merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau membinasakan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia.
Apabila nasionalisme dipahami seperti dijelaskan di atas maka upaya perlindungan terhadap kebudayaan tradisional sangat relevan dengan semangat nasionalisme. Hal ini disebabkan karena upaya perlindungan tersebut merupakan bentuk dari usaha rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negaranya sekaligus juga sebagai bukti bahwa rakyat juga mencintai dan bangga terhadap negara dan bangsanya dengan peduli terhadap hasil karya dan produk-produk lokal. Oleh karenanya upaya tersebut harus dilakukan secara optimal dengan harapan rasa nasionalisme rakyat Indonesia akan semakin terpupuk dan meningkat, dengan menciptakan rasa kepemilikan atas dasar cinta yang mendalam terhadap apa saja yang berbau bangsa dan negara Indonesia tercinta termasuk kebudayaan tradisionalnya.
Sebelum Indonesia hanya tinggal nama, lewat tulisan ini, penulis ingin memberikan suatu kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan alternatif solusi untuk menanggulangi lemahnya perlindungan kebudayaan negeri dan lemahnya rasa nasionalisme bangsa. Harapannya kebudayaan-kebudayaan tradisional negeri yang kita miliki tidak dapat diklaim seenaknya lagi oleh negara lain dan rasa nasionalisme akan semakin terpupuk dan meningkat.
Dalam proses ekspansi budaya Indonesia, kita pun memerlukan metode penyebaran yang tepat. Meskipun kita telah melakukan industrialisasi batik, namun permintaan batik di luar negeri tidak akan serta merta meningkat drastis karena pasar harus tertarik lebih dahulu dengan produk batik. Lalu bagaimana kita akan mempromosikan begitu banyak budaya kita kepada pasar luar negeri? Bahkan untuk memperkenalkannya saja sudah sulit. Menurut Turner (1984), budaya pop dan media massa memiliki hubungan simbiotik di mana keduanya saling tergantung dalam sebuah kolaborasi yang sangat kuat. Kepopuleran suatu budaya sangat bergantung pada seberapa jauh media massa gencar mengampanyekannya. Begitu pula media massa, hidup dengan cara mengekspos budaya-budaya yang sedang dan akan populer. Maka kita prioritaskan terlebih dahulu produk-produk budaya yang berkaitan dengan komunikasi massa. Penulis memilih industri film sebagai langkah awal ekspansi budaya secara serius. Film yang penulis maksud meliputi film layar lebar dan sinetron di televisi. Alur cerita dan komunikasi visual akan memudahkan penonton untuk menangkap maksud film dengan cara yang menyenangkan, sementara film juga mudah disisipi pesan-pesan sampingan yang tidak begitu disadari seperti iklan dan propaganda.
Apabila produk-produk budaya yang kita pelopori oleh perfilman telah berhasil meraih pasar dan menumbuhkan minat terhadap budaya Indonesia di manca negara, maka tugas berikutnya adalah memelihara dan mengembangkan minat itu. Pada tahap ini, produk-produk budaya lainnya seperti musik, literatur, hingga fashion akan berperan penting untuk menarik dan mengikat minat budaya itu lebih jauh dan lebih kokoh lagi. Jika kelompok-kelompok fans telah terbentuk di manca negara, maka para selebriti Indonesia akan meraih momentumnya untuk go international. Trend-trend yang berlaku di Indonesia akan turut digandrungi pula di negara-negara yang telah menerima ekspansi budaya kita. Ini bisa diiringi pula dengan masuknya produk-produk lain seperti beragam manufaktur yang membawa nama dan gaya hidup Indonesia. Selangkah demi selangkah, kita menuju hegemoni budaya Indonesia. Selanjutnya jika saatnya tiba, kita boleh tersenyum melihat budaya Indonesia berkibar di mana-mana.
Penulis telah memikirkan untuk mencapai keberhasilan dalam memajukan kebudayaan Indonesia, ada beberapa pelajaran berharga yang penting diperhatikan. Pelajaran pertama yaitu tentang bagaimana memaknai sebuah nasionalisme, jangan pernah tinggalkan Indonesia. Rasa malu dan muak pun harus kita tinggalkan. Pelajaran kedua untuk beranilah bermimpi, hingga membuahkan hasil yang spektakuler. Kita harus optimis dan berani bermimpi, bahwa kita mampu menjadi negara yang besar di kemudian hari. Pelajaran ketiga yaitu Just be yourself. Kita tak harus menjadi orang lain untuk menjadi berguna bagi Indonesia. Just be you: Kenali diri, gali potensi dan maksimalkan sosok berpotensi yang harus tumbuh dan berkembang di semua lini kehidupan: politik, ekonomi, sosial, seni dan budaya, pendidikan dan pertanian, peternakan, kesehatan, dan semuanya, sebagai tiang penyangga yang akan membangun “mimpi besar” Indonesia di kemudian hari. Pelajaran berharga keempat adalah berpikir secara global dan tidak tertutup. Pelajaran yang terakhir atau kelima adalah forward looking atau berpikir jauh ke depan dan merencanakan apa yang akan kita lakukan satu atau tiga bahkan beberapa tahun ke depan.
Selain itu, pemerintah perlu melakukan terobosan dengan memberlakukan Hari Budaya Nusantara. Hari di mana tiap-tiap provinsi atau minimal desa memiliki hari budaya masing-masing yang telah disepakati oleh pemerintah setempat. Setiap daerah wajib menggali budaya daerah serta mentransformasikannya ke dalam sebuah pertunjukkan budaya di daerah tersebut. Penentuan hari budaya juga tidak sembarangan karena harus memiliki nilai-nilai  sejarah serta muatan lokal yang berkembang di daerah masing-masing.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan diselenggarakannya Hari Budaya Nusantara bagi pemerintah dan warga setempat. Pertama, inventarisasi aset budaya bangsa. Dengan hari tersebut, kita bisa mempatenkan budaya tiap-tiap daerah serta bisa juga membuat data seluruh budaya Indonesia. Jadi, kita mampu membungkam anggapan bangsa asing bahwa kita mengabaikan budaya kita sendiri. Kedua, pembangunan karakter dan nasionalisme yang terwujud. Dengan mengetahui nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam Hari Budaya Nusantara di tiap-tiap daerah, akan mampu membangkitkan rasa nasionalisme serta mampu membentuk karakter bangsa yang asli. Orang Indonesia yang rajin, ramah, telaten, dan beradab akan menjadi cermin bahwa pembangunan budaya juga ikut andil dalam pembangunan karakter bangsa. Diharapkan dengan ini kita juga bisa memadukan kearifan lokal nilai-nilai global, sehingga adopsi yang kita lakukan mampu membentuk budaya dan karakter yang unik dan khas untuk Indonesia. Ketiga, mengangkat ekonomi masyarakat dan negara. Hari Budaya Nusantara yang berbeda tiap daerah memungkinkan setiap saat dikunjungi wisatawan domestik maupun internasional. Secara otomatis akan menambah devisa negara dan menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakatnya. Tidak boleh dilupakan juga perlunya promosi, pengelolaan serta bantuan pemerintah untuk membantu budaya di tiap-tiap daerah untuk terlaksana dan berkembang karena hal ini bersifat mutualisme.
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita semua dalam memaknai dan membangun nasionalisme pada Indonesia tercinta, menjaga kualitas dan kuantitas kebudayaan Indonesia yang telah ada dari pengaruh kebudayaan asing, dan menciptakan  karya cipta budaya yang bermakna pendidikan bagi setiap elemen masyarakat. Jadi, kita merasa bangga dan tak malu menjadi ‘Orang Indonesia’. Sekali lagi nasionalisme bukan sekedar kata-kata, juga bukan sekedar rasa bangga yang membuncah jiwa, nasionalisme adalah akumulasi dari rasa bangga, kreatifitas, inovasi, dan kerja keras yang konsisten dalam sebuah karya nyata, untuk kejayaan Indonesia tercinta. Aku bangga dan cinta Indonesia !    
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Analisa dari wacana semi ilmiah diatas adalah:
1.        Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah sangat menaati kaidah konvensi penulisan secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
2.        Dalam karangan semi ilmiah, masih digunakannya beberapa istilah yang sanggup menggambarkan pesan dan materi yang disampaikan.
3.        Fakta-faktanya masih bersifat subyektif serta isinya lebih menampilkan pengalaman pribadi penulis.
4.        Terlihat jelas dari wacana diatas bahwa penulis memberikan berbagai usulan demi perlindungan dan pengembangan kebudayaan tradisional, yang merupakan usulan bersifat argumentatif dan sekaligus mempengaruhi pembaca atau persuasif.
5.        Gaya bahasa yang digunakan dalam wacana semi ilmiah juga dapat menggunakan bahasa formal layaknya wacana ilmiah maupun bahasa popular dengan penggabungan bahasa asing seperti pada wacana diatas ‘Just be yourself’ dan sebagainya.
6.        Diksi (pemilihan kata) juga terdapat dalam wacana tersebut untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam wacana semi ilmiah tersebu. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
7.        Penggunaan tanda baca juga harus selalu diperhatikan, misalnya: tanda seru (!), tanda tanya (?), dan sebagainya. Dalam wacana semi ilmiah diatas, tanda seru dipakai pada akhir wacana sebagai tanda penekanan sebuah ajakan (bersifat persuasif) pada pembaca sehingga apa yang diinginkan penulis dalam sebuah karangan dapat terwujud.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : ARIF JUNISMAN MENDROFA
Kelas : 1 ID 07

NPM : 314 13 323

Tidak ada komentar:

Posting Komentar