Kamis, 30 Juni 2016

Pengetahuan Lingkungan Part 3

MINUMAN TEH SERBUK DI PT NESTLÈ INDONESIA



1.    Proses Produksi
Minuman teh serbuk instan diproduksi dalam tiga tahapan yaitu pembuatan premix, proses pencampuran kering dan proses pengemasan. Pembuatan premix dan proses pencampuran bahan baku dicampur dengan menggunakan mixer pada waktu dan kecepatan tertentu hingga produk tercampur rata. Terdapat dua mekanisme proses pencampuran yang terjadi, yaitu convective mixing dan shear mixing. Convective mixing terjadi karena adanya agitasi ribbon sedangkan shear mixing diinduksi oleh perubahan momentum antara partikel-partikel serbuk yang memiliki perbedaan kecepatan. Perbedaan kecepatan terjadi di sekitar perputaran impeler dan dinding alat mixer
Tahap produksi yang pertama yaitu pembuatan premix dengan menggunakan ribbon mixer berkapasitas 100L. Tujuan pembuatan premix adalah untuk memperoleh homogenitas dari bahan baku minor. Tahapan proses pembuatan premix yaitu seluruh bahan baku minor seperti asam sitrat, serbuk ekstrak teh, gum arab, serbuk flavor lemon, dan vitamin C serta sebagian kecil gula pasir ditimbang dan dimasukkan ke dalam mixer. Premix tersebut dicampur dengan kecepatan 60 rpm selama 7 menit. Premix dibuat sekaligus untuk empat batch. Pembuatan premix secara sekaligus tersebut akan memengaruhi homogenitas produk akhir karena jika dari premix sudah tidak homogen maka sulit untuk memperoleh produk akhir yang homogen. 
Tahap produksi yang kedua yaitu proses pencampuran antara gula pasir dengan premix untuk mendapatkan produk minuman teh serbuk instan. Proses tersebut dimulai dengan transfer gula pasir dari silo menuju weighing hopper melalui buffer hopper. Jumlah gula yang ditimbang dalam weighing hopper sesuai dengan formulasi yang digunakan. Gula dari weighing hopper kemudian ditransfer ke ribbon mixer. Premix lalu dimasukkan ke dalam mixer lalu mixer dijalankan dengan kecepatan 44.8 rpm selama 10 menit.
Proses pengeluaran produk dari mixer dilakukan melalui lubang di bagian bawah mixer kemudian ditampung sementara di dalam wadah. Metode penurunan serbuk ini dapat menyebabkan terjadi segregasi partikel dan akan merusak profil homogenitas produk setelah dari mixer. Hal ini disebabkan partikel serbuk yang berukuran lebih kecil akan cenderung berada di tengah tumpukan sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih besar akan berada di pinggir tumpukan.
Setelah itu, produk dimasukkan ke dalam mesin pengemas untuk selanjutnya dikemas dalam kemasan aluminium foil 1 kg. Bahan pengemas terlebih dahulu melewati alat printing code untuk mencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Setelah produk dikemas, produk lalu melewati conveyor ke area pengemasan sekunder dengan karton boks.
Saat produk berada di mesin filling, produk akan diisikan ke dalam kemasan berdasarkan prinsip volumetrik. Prinsip pengisian secara volumetrik mensyaratkan produk harus memiliki densitas dalam kisaran 930-997 g/L supaya tercapai berat bersih minimal 1000 g per kemasan. Pada tahap ini juga teridentifikasi masalah yang berhubungan dengan homogenitas dimana terjadi aliran funnel low atau core flow. Core flow ini menyebabkan produk dengan ukuran partikel lebih kecil (termasuk vitamin C) berada di bagian tengah hopper dan akan turun lebih dahulu sehingga kemasan produk pada awal proses akan memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan pada akhir proses.

2.    Produk yang dihasilkan
Minuman teh serbuk instan adalah salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Nestlé Indonesia Pabrik Cikupa. Produk ini diproduksi melalui teknik pencampuran kering, yaitu proses pencampuran dua material padat atau lebih untuk menghasilkan suatu campuran padat yang homogen. Sebelum dikonsumsi, produk minuman teh serbuk ini memerlukan rekonstitusi terlebih dahulu dengan air dingin.
Produk ini termasuk kategori Nestlé Professional dimana penjualan hanya dilakukan secara retail ke restoran atau food court. Target konsumen dari minuman ini adalah pelajar, mahasiswa, dan keluarga. Produk ini dik Minuman ini memiliki klaim larut dalam air dingin dan ’Kaya Akan Vitamin C’ dengan kandungan vitamin C mencapai 65% AKG untuk setiap takaran saji (25 gram). Berdasarkan klaim tersebut, setiap kemasan minuman harus mengandung vitamin C minimal 240 mg/100 g. Kandungan vitamin C tersebut menjadi salah satu release parameter produk sebelum didistribusikan ke konsumen. Namun, kandungan vitamin C untuk release parameter produk adalah 257 mg/100g dimana selisih 10% merupakan faktor kehilangan vitamin C selama masa simpan (1 tahun). Release parameter lain yaitu kadar air (maksimal 0.3%), pH (3.00- 3.40), keasaman (1.62-2.24%), dan uji mikrobiologi yang meliputi uji koliform ( emas dalam kemasan aluminium foil dengan berat bersih 1000 gram.

3.    Limbah yang dihasilkan
Di dalam setiap proses produksi teh serbuk menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi. Limbah teh serbuk secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
a.    Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran atau pengeringanyang menghasilkan  gas–gas tertentu. Limbah gas juga dapat berupa asap, asap dihasilkan dari heat  exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Dalam industri pengolahan teh serbuk limbah gas dihasilkan dari proses pemanasan saat penyeduhan teh serbuk untuk produksi teh dalam kemasan siap minum. Limbah gas pada industri olahan minuman teh serbuk berupa gas yangdihasilkan saat pemanasan saat proses sterilisasi botol dan perebusan teh serbuk untuk minuman teh serbuk dalam kemasan.
b.    Limbah Padat
Limbah padat dari industri teh serbuk berasal dari ampas teh serbuk yang merupakan sisa dari tiaptahapan proses produksi. Fluff merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya cukup besar, sekitar 1-3% dari produksi teh yang dihasilkan. Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh serbuk jumlahnya besar sekitar 400 kg/hari sehingga dalam sebulan diperoleh 12 ton.
c.    Limbah Cair
Limbah cair industri teh serbuk berasal dari penggunaan air dalam sistem prosesnya. Limbah cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama proses pencucian yang biasanya menggunakan soda api. Sedangkan pada industri minuman teh botol, Limbah cair industri minuman teh adalah air bekas dari pencucian botol-botol maupun lantai dan juga ceceran dari minuman yang tumpah pada saat proses pengolahan the serbuk.

4.    Solusi untuk Pengolahan Limbah Teh Serbuk
a.    Limbah Gas
Asap dari  heat exchanger  baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong pengeluaran asap hasil pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi bangunan pabrik tempat proses  pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar asap/gas hasil pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak mengganggu jalannya proses pengolahan. Penanaman pohon disekitar pabrik juga akan mengurangilimbah gas yang ada di udara.
b.    Limbah Padat
1)      Sebagai Pupuk Organik
Limbah padat industri teh serbuk ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluanantara lain menjadi pupuk organik. Ampas teh yang akan dijadikan pupuk tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari sisa penyeduhan diletakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan, kemudian  dan didinginkan selama satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraiandan   dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Kompos fluff seperti pupuk organik pada umumnya mengandung unsur hara baik makro maupun mikro. Kandungan hara yang terdapat dalam limbah padat adalah C-organik 5,23%, N-total 0,11%, P-tersedia 125 ppm, bahan organik 8,99% dan K-dd 13,85 ppm dan Mg 1,19 ppm.
2)      Sebagai Bahan Alternatif Adsorben
Ampas teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada limbah cair industri tekstil. Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapan suatu zat pada permukaan  zat lain yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan gaya tarik pada permukaan zat tersebut. Adsorben adalah zat yang menjerap dan zat yang terjerap disebut adsorbat.  Beberapa kegunaan adsorben diantaranya adalah untuk memurnikan udara dan gas,  memurnikan pelarut, penghilangan bau dalam pemurnian minyak nabati dan gula,  penghilangan warna produk-produk alam, serta untuk penjerap zat warna dalam pengolahan limbah industri tekstil. Selain itu limbah cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis tinggi dapat menyebabkan   mual,   muntah,   nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat digunakan sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti karbon aktif yang cenderung memakan biaya lebih besar.
3)      Pakan Ternak
Peternak dapat memanfaatkan limbah teh serbuk sebagai campuran pakan ternak dalam   rangka untuk mengurangi produksi gas metan, khususnya pada ternak golongan ruminansia. Gas metana dihasilkan dari rumen sebesar 80–95 % dan 5–20 % dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir. Kandungan protein  ampas teh yang cukup tinggi membuat ampas teh dapat digunakan sebagai campuran untuk pakan ternak. Limbah teh serbuk tersebut dapat digunakan sebagai campuran dari pakan sapi yakni rumput raja dan dedak halus. Disamping dapat meningkatkan produktivitas   ternak, pakan sapi tersebut juga mampu menciptakan peternakan ramah lingkungan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa limbah teh serbuk dapat menurunkanproduksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah tehtersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa diikuti penurunan  produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada kadar  proteinmikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.
4)      Sebagai Bahan dalam Pembuatan Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit yang terbuat daripartikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekatresin sintetis dan dipres pada keadaan panas menjadi lembaran-lembaran keras dengan ketebalan tertentu. Kandungan senyawa lignoselulosa dalam bahan baku papan partikel sangat berpengaruh terhadap mutu papan partikel yang dihasilkan, terutama terhadap sifat mekanik keteguhan lentur dan keteguhan patah papan. Umumnya kayu yang digunakan untuk papan partikel harus memiliki kandungan lignoselulosa sebanyak ±71%.
Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa produk papan partikel berbahan baku ampas daun teh mempunyai mutu yang tidak kalah dengan papan partikel berbahan baku kayu. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas daun teh dapat berkombinasi dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu lain saat ampas teh dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel. Papan partikel berbahan baku ampas daun teh ini mempunyai sifat fisik dan mekanik yang memenuhi persyaratan standar papan partikel SNI yaitu kerapatan, kadar air, MOE (modulus of elasticity), pengembangan tebal dan internal bond.
c.    Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berupa soda api sisa pembersihan alat-alat yang digunakan selama pengolahan seperti baki. Soda api sisa pembersihan tersebut tidaklah dialirkan ke dalam sungai, tetapi dialirkan ke dalam bak berbentuk kotak ditanam didalam tanah dengan dasar tidak disemen, sehingga soda api tersebut terserap ke dalam tanah. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pencemaran terhadap sungai.


Sumber: