Senin, 07 November 2016

Tulisan Bentuk-bentuk Pemasaran

Bentuk-bentuk Pemasaran


Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Pemasaran juga merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Kegiatan pemasaran harus dapat memberikan kepuasan konsumen jika perusahaan tersebut menginginkan usahanya tetap berjalan terus atau menginginkan konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Bentuk-bentuk dari pemasaran antara lain: waralaba/franchising, pemasaran langsung, dan multi level marketing. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk pemasaran tersebut.

A.      Waralaba atau Franchising
1.      Definisi Waralaba atau Franchising
Franchising biasa dikenal dengan kata “waralaba” di Indonesia, dan pertama sekali dikemukakan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM), sebagai padanan kata dari franchise. Makna dari kata waralaba secara sederhana yaitu usaha yang memberikan keuntungan lebih istimewa. Waralaba juga berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari pemilik kepada pihak lain, yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu.
Pengertian franchising dapat dilihat dari 2 (dua) aspek yang lain yaitu : aspek yuridis dan aspek bisnis. Berdasarkan aspek yuridis, pengertian franchising dapat dilihat pada Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba atau  franchising yang dapat diartikan sebagai :
“Perikatan di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan/atau jasa“.
Berdarkan aspek yuridis yang lain, dari Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.259/MPP/KEP/7/1977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa :
“Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan haknya kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi waralaba, sedangkan penerima waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.“
Pengertian waralaba/franchising dari aspek bisnis merupakan metode produksi dan pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen dengan suatu standar dan sistem eksploitasi tertentu. Maksud dari standar dan eksploitasi tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, sistem produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.
Ada tiga bentuk franchising yakni:
a)    Product franchising
Product franchising adalah suatu franchising yang franchisornya memberikan lisensi kepada franchising untuk menjual barang hasil poduksinya, sedangkan franchising hanya berfungsi sebagai distributor dari produk franchisor. Franchising sering diberi hak eksklusif untuk memasarkan produk tersebut di suatu wilayah tertentu.
b)   Manufacturing franchising
Manufacturing franchising adalah suatu franchise di mana franchiso memberikan resep atau rahasia dari suatu proses produksi. Franchising memasarkan barang-barang itu dengan standar produksi dan merek yang sama dengan yang dimiliki oleh franchisor. Bentuk franchise semacam ini banyak digunakan dalam produksi dan distribusi minuman soft drink.
c)    Business format franchising
Business format franchising adalah suatu franchise yang franchisenya mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama franchisor. Franchise tetap diakui sebagai anggota kelompok yang berusaha dalam bisnis ini dan sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchise harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan karyawan.

2.      Keunggulan dan Kelemahan Waralaba atau Franchising
Beberapa keunggulan pemasaran bentuk waralaba (franchising) bagi pengwaralaba (franchisor), adalah:
a)    Bimbingan
Kelemahan usaha kecil yang menyolok adalah kurangnya kemampuan manajerial.  Tetapi tidak seorangpun dapat menutupi kelemahan tersebut bila menjadi seorang manajer franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan.
b)   Promosi nama merk
Investor yang menandatangani perjanjian franchise mendapat hak untuk menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk atau jasa yang terkenal.
c)    Produk yang terjamin
Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan metode pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh masyarakat luas.
d)   Bantuan finansial
Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas.
Kelemahan dari pemasaran bentuk waralaba (franchising), yaitu:
a)     Biaya
Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor dapat memberikan pelatihan, bimbingan atau memberi dukungan lainnya yang memerlukan biaya.
b)   Pengendalian eksternal
Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan. Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh tempat penjualan franchise sebagai suatu bisnis harus melakukan pengendalian atas aktivitas promosional, catatan finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari kebebasan.
c)      Program pelatihan yang lemah
Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan dan pengembangan yang sebenarnya.

3.      Contoh Usaha Barang dan Jasa Pemasaran Bentuk Waralaba yang Sukses
Pecel Lele Lela salah satu hasil dari kesuksesan menerapkan pemasaran bentuk waralaba. Merk Pecel Lele Lela merupakan singkatan dari Pecel Lele LEbih LAku. Pecel Lele Lela berdiri sejak 2006, pengusaha bernama Rangga Umara, founder dan dalang dibalik kesuksesan waralaba Pecel Lele Lela. Mengawali bisnisnya pada 2006, Rangga setahap demi setahap membangun kerajaan bisnisnya hingga dapat menjadi pemimpin pasar sekaligus brand nasional resto pecel lele modern, dan  kini sudah memiliki 83 outlet di Indonesia dan Malaysia.
Waralaba Pecel Lele Lela adalah salah satu bisnis kuliner resto yang menawarkan menu makanan yang sudah umum dijajakan di pinggir jalan, namun disajikan dengan cita rasa restoran dan dengan harga yang bersahabat bagi semua kalangan. Bagi yang belum pernah menyambangi outlet Pecel Lele Lela mungkin memiliki gambaran hanya tersedia menu pecel lele yang jamak ditemui di warung tenda pinggir jalan, namun ditangan seorang pengusaha bertangan dingin, image tersebut dapat diubah dan menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera banyak orang.
Berdasarkan keseluruhan total gerai Pecel Lele Lela yang telah beroperasi, sebagian besarnya dimiliki oleh para mitra atau franchisee, sisanya kemudian baru dikelola oleh pusat. Guna menunjang operasional bisnis outlet milik mitra, pihak waralaba Pecel Lele Lela sebagai franchisor memberikan support bisnis, manajemen, hingga pengontrolan agar perkembangan bisnis pada setiap outletnya bisa berjalan seirama dan sesuai dengan standar operasional prosedur yang sudah ditetapkan.
Pihak pusat dari waralaba Pecel Lele Lela memiliki sistem pengendalian bernama “Mba Lela” (Manajemen of Bisnis Asisten Pecel Lele Lela) untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan, guna membantu mitra dari sisi manajemen berdasarkan data. Selain itu ada juga program lain yang diberi nama STMJ2 (Sistem Telekomunikasi dan Monitoring Jarak Jauh), untuk komunikasi antara pusat dengan cabang tanpa dibatasi dengan jarak dan waktu menggunakan pola video call atau teleconference.
Pihak waralaba Pecel Lele Lela selalu membuka peluang usaha dengan menawarkan produk yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat karena selalu eksis dimanapun dan tidak mengenal krisis, bahan baku yang mudah didapat dan margin penjualannya yang sangat tinggi, rasa yang unik, pelayanan dan produk yang selalu fresh, serta dengan omset minimum outlet Pecel Lele Lela mencapai Rp. 77 Juta/bulan.

B.       Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
1.      Definisi Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung (direct marketing) adalah sistem pemasaran yang menggunakan media iklan atau saluran-saluran langsung kepada konsumen untuk memudahkan suatu pemasaran produk dalam menjangkau dan menyerahkan produk kepada konsumen membutuhkan produk tersebut tanpa menggunakan perantara pemasaran.
Pemasaran langsung juga dapat diartikan merupakan komunikasi langsung dengan pelanggan individu yang dibidik secara seksama baik untuk memperoleh tanggapan segera maupun membina hubungan pelanggan yang berlangsung lama. Pemasaran langsung juga dapat dimaksud sebagi model bisnis yang langsung ke pelanggan (direct-to-customers bussines model).
Pemasaran langsung memberikan manfaat bagi pelanggan dalam banyak hal. Berbelanja dari rumah dirasakan menyenangkan, nyaman, dan bebas dari pertengkaran. Cara ini menghemat waktu dan memperkenalkan konsumen dengan pilihan-pilihan barang dagangan yang lebih banyak. Konsumen dapat melakukan belanja perbandingan dengan melihat-lihat katalog surat dan layanan belanja online, dapat memesan barang untuk mereka sendiri atau orang lain. Pelanggan industrial juga mendapatkan manfaat dengan mempelajari produk dan jasa yang tersedia tanpa menghabiskan waktu untuk bertemu dengan wiraniaga.
Bentuk-bentuk pemasaran langsung, antara lain penjualan tatap muka (face to face selling), pemasaran direct mail (direct mail marketing), pemasaran melalui katalog (catalog
marketing), telemarketing, pemasaran melalui kios (kios marketing), saluran online, serta televisi.

2.      Keunggulan dan Kelemahan Pemasaran Langsung
Keunggulan yang terlihat dari pemasaran langsung, antara lain:
a)    Kemudahan untuk masuk dalam usaha pemasaran langsung tanpa ijin usaha yang rumit dan persyaratan ketrampilan dan pendidikan yang perlu.
b)   Kebutuhan modal yang diperlukan untuk masuk dalam usaha pemasaran langsung juga minimal.
c)    Tidak diperlukan fasilitas besar, toko atau jumlah karyawan yang besar untuk masuk dalam usaha pemasaran langsung.
d)   Modal yang diperlukan biasanya digunakan untuk pencetakan pengeposan dan daftar-daftar lainnya.
e)    Dapat dilakukan sebagai usaha paruh waktu hingga usaha ini mendatangkan aliran kas yang bisa mendukung usaha penuh.
f)    Usaha pemasaraan langsung juga memungkinkan wiraswastawan untuk masuk ke pasar dengan cepat.
g)   Produk dan jasa bisa diuji untuk menentukan minat pelanggan dengan biaya minimum.
h)   Penawaran bisa dengan mudah diperluas untuk memenuhi permintaan potensial terhadap produk tertentu.
Sementara itu, kelemahan yang terlihat dari pemasaran langsung, sebagai berikut:
a)    Image factor, artinya pemasaran langsung yang dilakukan dengan pengiriman surat atau telpon misalnya dapat menimbulkan citra negatif. Calon konsumen merasa terganggu ketika pemasar menghubungi calon konsumen berulang kali.
b)   Ketepatan, terkadang ketepatan informasi, ketepatan pelayanan dan pengiriman menjadi masalah bagi konsumen terhadap suatu produk/jasa.
c)    Content Support, dalam melakukan pemasaran langsung diperlukan fasilitas dan sarana yang cukup memadai misalnya fasilitas telepon online, SDM yang handal dan menguasai informasi suatu produk/jasa dimana perusahaan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyediakan fasilitas tersebut.

3.    Contoh Usaha Barang dan Jasa Pemasaran Bentuk Pemasaran Langsung yang Sukses
Lands’ End sebagai perusahaan produksi pakaian kelas atas, bergaya tradisional untuk keluarga, barang-barang lunak, dan produk-produk untuk rumah tangga. Lands’ End menjual tawarannya melalui katalog, pada internet, dan di toko-toko, setelah dibeli oleh Sears seharga $186 milyar pada tahun 2002.
Katalog itu muncul empat kali setahun mulai tahun 1964 dan mencakup pencantuman produk secara rinci. Land’s End adalah pengguna awal internet yang meluncurkan situs webnya pada tahun 1995. Situs AS menawarkan setiap produk Lands’ End dan merupakan situs web pakaian terbesar di dunia dalam volume penjualan.
 Unggul dalam mengembangkan cara-cara Lands’ End dan merupakan situs web pakaian terbesar di dunia dalam volume penjualan. Unggul dalam mengembangkan cara-cara baru untuk meningkatkan pengalaman belanja, pelanggan dapat menciptakan sendiri Model Virtual 3 dimensi dengan memberikan ukuran penting atau melalui “konsultan pakaian pribadi” dengan menjawab pertanyaan tentang pilihan pakaian mereka. E-mail mingguan dengan cerita-cerita yang lucu serta diskon, juga ikut mendorong penjualan. Sebuah cerita tentang bagaimana seorang pelanggan mengenakan kemeja berjaring Lands End pada sebuah cagar alam untuk bayi simpanse di RepublikGhana mengakibatkan peningkatan 40 persen dalam penjualan kinerja pekan itu.

C.      Multi Level Marketing (MLM)
1.      Definisi Multi Level Marketing
MLM adalah sistem pemasaran yang mengandalkan penjualan langsung (direct selling) melalui jaringan distributornya yang terbentuk secara berantai, di mana setiap distributor yang merekrut dan direkrut selalu ada kaftan perhitungan komisi dan bonus.
Tujuan dari sistem pemasaran bertingkat ini adalah menyebarkan produk dan mensejahterakan distributor sekaligus konsumennya. Pemasaran produk dilakukan secara langsung ke konsumen, maka sukses tidaknya kegiatan pemasaran sangat tegantung pada jumlah dan kemampuan distributor dalam menjual.
Berhasil atau tidaknya suatu MLM juga ditentukan oleh kwalitas produk dan layanannya, yaitu produk yang memenuhi keinginan konsumen, akrab dengan kesehatan dan lingkungan, dan tentu saja sang distributor harus mengikuti aturan main bisnis perusahaan MLM.
Multi Level Marketing juga disebut sebagai pemasaran jaringan (network marketing) yang berarti sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja. Istilah pemasaran jaringan menunjuk pada metode dan mekanisme pemasarannya. Pemasaran jaringan merupakan salah satu cara yang dapat dipilih perusahaan atau produsen untuk memasarkan produknya kepada konsumen melalui pengembangan tenaga-tenaga pemasarnya secara independen, tanpa campur tangan perusahaan. Perkembangan metode penjualan Multi Level Marketing ini mulai masuk ke dalam bidang penghimpunan dana masyarakat.
Berikut adalah ciri-ciri perusahaan dengan sistem Multi Level Marketing yang diakui di Indonesia, yaitu:
a)    Perdagangan dengan sistem Multi Level Marketing menunjukkan hasil kerja nyata melalui sistem yang diterapkan. Sistem yang diterapkan pun bersifat fleksibel bukan struktur binary seperti piramida.
b)   Memiliki barang dan jasa yang akan dipasarkan dan kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
c)    Harga produk yang dijual wajar dan sesuai dengan nilai dan benefit produk.
d)   Perusahaan yang menerapkan sistem Multi Level Marketing berbentuk badan hukum dan selain memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) juga memiliki SIUPL (Surat Izin Usaha Penjualan Langsung) dan terdaftar sebagai anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia)

2.      Keunggulan dan Kelemahan Multi Level Marketing
Keunggulan dari Multi Level Marketing yaitu:
a)    Modal Bisnis yang relatif murah
Bagi orang yang ingin mempunyai penghasilan dari usaha bisnis, namun tidak memiki dana yang cukup untuk menjalankannya, maka bisnis MLM bisa dijadikan pilihan, karena modalnya relatif murah dibandingkan dengan bisnis yang lain.
b)   Risiko yang kecil
Biaya untuk memulai relatif kecil, maka risiko yang ditimbulkan oleh ketidakberhasilan dalam bisnis ini akan relatif kecil juga.
c)    Potensi untuk berpenghasilan tinggi cukup besar
Bisnis MLM biasanya ada berupa reward bagi member yang berhasil meraih level tertentu. Sehingga, apabila seorang member itu unggul dalam bidang promosi dan marketing, maka ia akan mudah mendapatkan banyak orderan dan juga jaringan (downline).
d)   Bisa dijalankan sebagai usaha sampingan
Bagi orang yang ingin berbisnis, namun tidak mempunyai cukup waktu untuk menjalankan bisnisnya karena sibuk dengan rutinitas kerja, maka bisnis MLM bisa dijadikan pilihan, karena biasanya tidak terlalu menyita waktu.
Multi Level Marketing juga memiliki kelemahan yaitu:
a)    Harga Produk Lebih Mahal
Sistem MLM perusahaan dalam memasarkan produk terkadang terlalu memberikan iming-iming uang, bonus, insentif, dan lain sebagainya yang sangat besar. Sistem MLM bertingkat dengan pembagian keuntungan berjenjang membutuhkan marjin keuntungan yang besar dari penjualan setiap produk.
b)   Kehilangan Devisa Negara
Umumnya produk MLM adalah produk luar negeri seperti jamu, makanan, minuman dan lain sebagainya. Jelas uang yang kita belanjakan sebagian ada yang lari ke luar negeri dan memberi efek yang buruk terhada perekonomian Indonesia karena produk nasional jadi kurang laku dan omset berkurang.
c)    Pemenang Dapat Kembali Ke Level Bawah
Orang yang telah berhasil mencapai tingkatan tertinggi dapat tumbang jika anggota di bawahnya mulai menggunakan produk lain, bergabung dengan sistem MLM lain, dll. Bahkan tidak menutup kemungkinan tdak mendapatkan apa-apa lagi ketika sudah tidak ada bawahan yang menggunakan produk itu lagi.
d)   Waspada Informasi Produk Yang Tidak Jujur
Terkadang produk yang buruk pun akan dibilang bagus. Produk yang mahal dibilang murah. Produk yang manfaatnya sedikit digembar-gemborkan agar kelihatan banyak manfaatnya, dll. Mungkin apabila diteliti dan ditelusuri lagi, manfaat yang didapat mungkin tidak begitu besar dari yang ditawarkan atau ada produk lain yang lebih murah dengan manfaat yang jauh tidak berbeda.
e)    Korban MLM Produk Buruk Membayar Lebih Tinggi Dari Nilai
Korban adalah orang yang menjadi anggota atau konsumen, produk yang dipasarkan melalui teknik/sistem MLM (Multi Level Marketing) yang tidak mendapat anggota bawahan, tidak punya kemampuan mencari anggota bawahan dan yang hanya sebagai konsumen akhir.

3.      Contoh Usaha Barang dan Jasa Pemasaran Bentuk Multi Level Marketing yang Sukses
Tupperware salah satu usaha yang menerapkan pemasaran bentuk multi level marketing. Tupperware Indonesia merupakan salah satu perusahaan tupperware yang berpusat di  Orlando Amerika Serikat yang memproduksi dan juga memasarkan berbagai produk plastik untuk keperluan rumah tangga, termasuk di Indonesia.

Sumber:


Nama         : Arif Junisman Mendrofa
NPM          : 314 13 323
Kelas         : 4ID06